Nasa: Hidup di Dunia Hanya Sekali

    Nasa: Hidup di Dunia Hanya Sekali
    Foto Istimewa

    MAGELANG - ERKALIMA سْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ

    السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُJangan biarkan hati kita gundah gulana, meski hal yang kita alami saat ini sangat menyesakkan dada. Karena sungguh Allah Ta'ala telah menetapkan semuanya terjadi hanya demi kebaikan hidup kita. Rabu (13/10/2021).

    Percaya saja pada Allah Ta'ala sepenuhnya. Jangan beri ruang hati untuk ragu apalagi mengutukinya. Tunggulah kejutan indah luar biasa dari-Nya. Saat kita yakin bahwa takdir tidak akan pernah tertukar, maka hati akan terasa tenang. Hidup tidak hanya sebatas untung dan rugi. 

    "Ada beberapa hal yang tidak boleh hilang dalam perjuangan hidup ini, niat, usaha, do'a, sabar, ikhlas dan tawakal

    Terasa waktu bergerak begitu cepat. Waktu adalah bagian dari setiap orang yang tidak bisa diambil dan diputar kembali. Ia berulang tapi tak pernah sama. Waktu adalah satu-satunya hal yang paling berharga, karena dengan memiliki waktu sama saja dengan memiliki kesempatan untuk menciptakan hidup lebih berkah, faedah dan maslahah.

    Dulu menjadi anak kecil, remaja dan dewasa. Sekarang sudah punya tanggung jawab dan keluarga. Kelak semua akan menjadi bagian dalam sejarah masing-masing kita. Semoga dapat menorehkan sejarah yang penuh dengan kebaikan dan keteladanan. Yang lulus akan meningkat martabatnya di sisi Alloh Ta'ala. Yang gagal akan terpuruk. Yang menentukan adalah cara kita menghadapinya. Semoga akhir dari cerita hidup kita adalah husnul khotimah dan semoga akhir dari persinggahan kita adalah jannah. Aamiin.

    "Kata Imam Al-Ghazali, orientasi hidup yang bertumpu pada materi dan dunia hanya akan mendapatkan mata ‘al ghurur (kesenangan semu). 

    Sumber kesenangan semu itu antara lain; profesi, kekayaan, atau jabatan. Bagi yang ingin mendapatkan sakinah an - nafsi (ketenangan diri) maka ia harus dapat membangun orientasi hidupnya untuk taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala) melalui proses berjenjang dimulai dari; tobat, zuhud, sabar, dan diakhiri dengan ma’rifah.

    Itu sebabnya, para ahli tasawwuf sering merintih dalam do'a-do'a mereka yang panjang. “Ya Robbi. Ya Ilahi…hamba-Mu yang lemah ini, tidak sedih apabila ada keinginan yang tidak Engkau kabulkan. Namun, ampuni hamba, apabila ada anugerah-Mu yang lalai disyukuri. 

    Ya Allah, Ya Hafidz… kami berlindung kepada-Mu menjadi mulia dimata manusia, tetapi hina dalam pandangan-Mu”. Marilah kita membahagiakan orang lain. Allah Ta'ala pasti akan memberi kita “rezeki” berupa orang lain yang akan membahagiakan kita.

    Berusahalah untuk selalu memberi, karena setiap kali kita memberi, maka kita akan menerima tanpa meminta sekalipun. Yaa Allah Ya Robb Ampunilah kedua orang tua kami, ampunilah kami, keluarga kami dan saudara-saudara kami.

    Jadikanlah sebaik-baik amal kami pada penutupannya. Jadikan kami dan keluarga kami sehat dzohir dan batin. Lindungilah kami dari berbagai penyakit, bencana dan kesulitan lainnya. Jadikan kami, insan yang pandai bersyukur dan bisa membahagiakan orang lain. Jadikan kami menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.

    Robbana Taqobbal Minna

    Ya Allah.. Aamiin.

    ✍Nasa

    Rumah Erkalima 

    RK5 Group 

    Sobat T-Lab 

    A'B Community 

    Taman Literasi 

    School of Preneur 

    Erkalimanesia 

    Erkalima Collection

    Agung Libas

    Agung Libas

    Artikel Sebelumnya

    Simak..! Dulu Hal Ini Dianggap Syirik Ternyata...

    Artikel Berikutnya

    Nasa: Wanita itu Tidak Minta Banyak

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Bakamla RI Berikan Pertolongan Medis ABK KM Lintas Samudra 2 di Perairan Natuna
    Cegah Paham Radikalisme, Polri Tekankan Pentingnya Upaya Kontra Radikal 
    Hendri Kampai: Jika Anda Seorang Pejabat, Sebuah Renungan dari Hati ke Hati

    Ikuti Kami